
Awalnya, aku dan dia hanya teman biasa, teman berbagi cerita. Dia pendengar yang baik, menurutku. Apapun yang aku ceritakan pasti ia akan mendengarkan. Kita pertamakali bertemu di suatu tempat. Yap lebih tepatnya tempat makan. Aku, dia dan temannya. Aku sudah mengetahui dia dahulu sebelum kita berkenalan tatap muka. Aku mengenalnya ketika pembagian kelompok pada mata kuliah pertama kali. Aku yang mengenalnya, dia tidak. Mendengarkan dia berbicara membuatku merasa ilfeel. Bagaimana bisa? Ya, memang dia terlihat songong, cuek, dingin. "Emang sih pinter.. tapi kok sok banget ya." Aku berkata dalam hati.
Pada malam itu ada satu temanku yang mengajak keluar untuk sekedar nongkrong dan minum kopi, lalu aku personal chat temanku ini. Karna aku tidak tahu jalan daerah sini & ingin merasakan nikmatnya kopi. Dan tanpa aku sadari yang aku ajak pergi pada malam itu adalah orang yang aku anggap songong. Iya dia. Dia.. sentak jantung terasa mau copot. Bingung. Entah kenapa kok bisa! Lalu aku tertawa-tawa kecil dalam hati. Aku yang menjudgenya kini malah dia disampingku, duduk persis disampingku. Aku merasa malu. Ternyata dia bukan hanya pintar & mempunyai wawasan yang luas. Dia orang yang asyik diajak berbicara, ternyata aku salah. Dia tidak se-sombong yang aku kira. Memang sikapnya saja cuek, tapi hatinya tidak. Pertemuan pada malam itu membuatku sadar, bahwa jangan pernah melihat seseorang dari luarnya tanpa mengetahui dalamnya. Ya aku salah.
Makin lama kita sering chatting, tetapi masih malu saat berpapasan wajah dikampus. Masih agak canggung dan tidak seperti pertemuan pada malam itu. Lalu kami berdua memutuskan untuk bertemu lagi, dan dia mengajakku ketempat yang cukup populer disemarang . Minum kopi disana sambil melihat bangunan yang sudah tua. Dan entah kenapa dia selalu menyebut pertemuan yang kedua adalah "membayar janji". Padahal aku tidak pernah menjanjikan apapun, ah tapi yasudah lah.. entah kenapa aku begitu yakin dan mempercayainya, sangat yakin bahwa dia yang bisa menjaga semuanya. Aku juga tidak paham, mengapa secepat itu aku mempercayai laki-laki padahal aku baru saja dibuat patah hati. Tetapi keyakinan ini hanya bertuju pada dia, bukan yang lain. Dari banyaknya lelaki yang mencoba mendekatiku ketika mereka mengetahui bahwa aku sudah menjomblo, lalu aku tidak bisa mempercayai dan membuka hati untuk mereka. Tetapi mengapa aku begitu yakin dengan dirinya yang hanya baru berkenalan beberapa hari terakhir ini? Ajaib memang. Rasa yang aneh dan ajaib, namun nyata. Aku menceritakan semua masalahku, semua asal-usulku, semua cerita asmaraku kepada dia tanpa ada rasa takut sedikitpun. Entahlah jangan bertanya lagi kenapa. Karena aku pun tidak tahu. Makin lama kami kian dekat. Aku yang berjanji tidak akan membuka hati (lagi) untuk siapapun itu. Ternyata salah. Saat dia menunjukan sikap yang tidak biasa pada umumnya, selalu membuatku tertawa bahagia & lupa akan segalanya, membuatku senang menghabiskan waktu dengannya. Saat itu hatiku berubah, ada yang berdiri disana, ada yang coba berniat masuk. Tetapi mungkin hanya aku yang terlalu terbawa perasaan. Yap, aku baperan orangnya. Dibalik sikapnya yang cuek dan dingin, tersimpan kepedulian dia terhadapku. Mencemaskanku ketika terjadi apa-apa padaku, menjagaku ketika orang lain mencoba menggangguku, membimbingku dan mencontohkan kebaikan-kebaikan, serta mengembalikan aku kedunia-ku dahulu, yang sempat hilang.
Aku masih ingat, saat pertama kali dia mengenggam tanganku, rasanya seperti aneh. Padahal dahulu aku sering bergandeng tangan dengan lawan jenis. Tapi entah mengapa saat itu aku merasa gugup dan canggung. Detak jantung yang begitu kuat, rasa nervers yang begitu mendalam. Tetapi aku mencoba menikmati hangat genggamannya. Entah mengapa aku merasa begitu tenang saat dia agak mengeraskan genggamannya. Terasa seolah-olah dia menjagaku.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Nanti ya lanjutannya.. hehehehe
0 komentar:
Posting Komentar