Kamis, 03 November 2016

Merasakan (lagi)

Image result for hujan tumblr


Hujan.. 

Bicara tentang hujan membuatku ingat akan masa kecilku, aku yang dulu begitu sangat menyukai hujan kini telah berubah semenjak aku beranjak dewasa. Saat dahulu aku sering menatap dan berbicara kepada langit yang mendung diatap rumah atau diatas pohon rambutan pamanku, sambil membayangkan bagaimana hujan bisa turun dari atas sana. 

Aku yang masih bingung dan tidak mengerti akan hal itu, lalu aku bertanya pada kerabatku. Dina namanya, karib kecilku yang sangat pendiam. Berbeda dengan diriku yang pecicilan dan cerewet. Terkadang kita berdua bertengkar karena Dina selalu banyak diam dan aku tidak suka diam.. "Din.. Kok air bisa turun dari awan? Kok bisa sih jadi ujan? Emangnye diatas awan tuh ada kali ye? Atau kali nye tumpah banjir ye?" Tanyaku pada Dina. Lalu Dina hanya menjawab "Aku gak tau yol". Aku yang masih sangat penasaran mencoba untuk ingin mengetahui.
Bagiku, hujan adalah hal yang paling indah yang Tuhan takdirkan jatuh kebumi secara bersamaan. Air yang membuat aku bisa merasakan kesenangan yang tulus & polos, air yang bisa membuat aku menari-nari dibawah keroyokan air yang mengenai tubuhku.

Ya, memang aku suka hujan-hujanan, bahkan sampai sakitpun aku tetap menikmati air hujan. Tak lupa, mamahku selalu memarahiku dan menarik telingaku menentengku ke kamar mandi ketika selepas aku bermain dengan baju yang basah dan kotor. Entah kenapa aku begitu suka main air, bahkan hampir setiap hari aku selalu bermain dikali atau selokan masjid dekat rumahku. Ketika itu, aku tidak pernah merasa jijik ataupun merasa jorok. Yang aku rasakan hanyalah rasa senang dan imajinasi yang tinggi, seolah-olah aku adalah 'seorang putri' yang sedang memanjakan diri ditepi sungai layaknya kartun yang sering aku lihat dipagi hari sebelum aku beranjak kesekolah. "Kebiasaan main dikali terus nih anak", teriak mamahku
sambil menunjukan wajah yang kesal. Tetapi aku tidak pernah menangis ketika mamahku memarahiku. Karna bagiku, aku hanya melakukan apa yang aku suka.
Aku selalu mengharapkan hujan datang tanpa membawa petir dan kilat, aku selalu mengharapkan ada pelangi setelah hujan. Saat itu aku hanyalah bocah kecil yang selalu menganggap diriku puteri nan cantik yang hidup penuh imajinasi & khayalan tingkat tinggi.
Nyatanya, ketika aku beranjak dewasa hujan selalu hadir ketika hatiku sedang merasa kecewa. Berbalik dengan halnya saat aku masih kecil. Menagis dibawah derasnya hujan saat itu, aku mulai menyadari bahwa aku tidak lagi menyukainya, hati dan pikiranku tidak lagi sama dengan suasana hujan disiang itu. Menangis sejadi-jadinya mengeluarkan amarahku, kekesalanku, kekecewaanku. Serasa hujan mengabaikanku, hujan disiang itu tidak mengeluarkan keindahannya selepas hujan pergi. Pelangi yang aku harapkan tidak muncul lagi. kata orang bahwa akan ada kebahagiaan dibalik tangisan, tetapi aku tidak menemukannya. 

Lalu dimana pelangi itu bersembunyi? Entahlah.. aku tidak mengetahuinya.

Sudah lama aku tidak merasakan bersenang-senang dibawah hujan. Sudah beberapa tahun silam aku melupakan ‘diriku’ yang sebenarnya. Sudah lama ‘jiwaku’ menghilang dan beganti dengan jiwa yang baru. Jiwa yang sangat asing dan jauh berbeda. Bahkan aku dan orang-orang terdekatku tidak mengenal sosok diriku. Karena jiwaku telah berubah, dirubah dengan seseoang yang telah membuatku ‘hancur’. 
Hingga tepat di hari ini, sore hari yang beberapa jam lagi mendekati senja. Aku mencoba memahami dan mengubah asumsi yang ada dipikiranku, mengapa aku tidak lagi menyukai hujan. Ternyata saat aku telaah semua, aku mencoba mendroktrin otakku, bahwa disaat aku menangis hujan juga menangis, seolah-olah ia merasakan kesedihan yang sama padaku. Aku kembali mencoba merasakan hembusan angin yang menyapaku dengan jutaan rindu, dan akupun mencoba menikmati disetiap hembusannya. Ada yang mengetuk-ngetuk layaknya tamu, ada yang masuk kedalam hati, ada rasa nyaman disana yang membuatku tersenyum seolah-olah manusia yang berdiri disana adalah patung. Hingga aku lupa, bahwa aku sedang disamping orang yang mengembalikan aku kedunia yang sebenarnya. Yang ada hanya aku, angin dan sedikit cipratan air hujan yang mengenai wajahku, dan.. aku mulai merasakan jatuh cinta lagi dengannya..
Walaupun hujan pergi dan tidak menunjukan keindahan pelangi. Namun, hal itu mengajarkan bahwa jatuh cinta (lagi) tidak perlu dengan hal yang sempurna dan indah. Rasa nyaman pun sudah sangat cukup.


Semarang, 03 oktober 2016.

0 komentar: